Студопедия

Главная страница Случайная страница

Разделы сайта

АвтомобилиАстрономияБиологияГеографияДом и садДругие языкиДругоеИнформатикаИсторияКультураЛитератураЛогикаМатематикаМедицинаМеталлургияМеханикаОбразованиеОхрана трудаПедагогикаПолитикаПравоПсихологияРелигияРиторикаСоциологияСпортСтроительствоТехнологияТуризмФизикаФилософияФинансыХимияЧерчениеЭкологияЭкономикаЭлектроника






Teks 1 Kehidupan Berumah Tangga dan Bermasyarakat






Ayah penulis, seorang pegawai dari Pemerintah (sebelum tahun 1942) di Bogor (sebagai Laborant pada suatu Lembaga Penelitian Tanah), seperti pada umumnya karyawan Pemerintah, setiap bulannya (pada tiap tanggal satu) menerima gaji bulannya secara tetap. Kalau tidak sorenya, sepulangnya dari Kantor, maka pada malam harinya ayah penulis menyerahkan gaji bulannya kepada ibu penulis, dan biasanya di depan atau disaksikan oleh putra-putrinya (termasuk penulis sendiri tentunya). Penulis masih ingat, bahwa pada tahun-tahun 1935/1936 gaji ayah penulis sebulannya kira-kira delapan puluh gulden. Sebelum ayah menyerahkan gajinya kepada ibu, ayah, disaksikan oleh ibu, menyerahkan dulu uang sekolah kepada putra-putrinya yang bersekolah. Kepada kakak perempuan penulis yang duduk di sekolah SMP (Mulo waktu itu namanya) diserahkan Rр. 7, 50 (sebagai anak pertama), sedang kepada penulis, sebagai anak kedua dalam SMР itu diberikan Rp. 6, - dan kemudian kepada putra-putri lainnya yang masih duduk di Sekolah Dasar kira-kira per anak Rp. 3, 50. Sesudah itu sisanya barulah diserahkan oleh ayah kepada ibu kami. Ibu kami kalau belum malam hari itu juga pergi berbelanja ke pasar yang jauhnya hanya 200 meter dari rumah kami di desa.

Yang dibeli oleh ibu adalah: beras satu karung, garam dan terasi, ikan asin, emping tangkil dan lain-lainnya seperti kecap, kebutuhan sehari-hari, cukup untuk satu bulan.

Ayah penulis, kami ingat benar telah berbuat banyak bagi anak-anak dan masyarakat di desa kami. Di antaranya membentuk suatu tempat pengajian (mula-mula di surau yang didirikan sendiri, tentunya kalau malam saja), kemudian sampai mendirikan sebuah madrasah 5 tahun, di mana penulis bersaudara semuanya mengikutinya sampai tamat. Madrasah dan sebelumnya pengajian di surau itu didirikan ayah penulis karena praktis 95% anak-anak pribumi di desa kami umumnya hanya bermain dan bermain saja baik siang hari maupun malamnya. Untuk mengisi waktu anak-anak itu ayah sampai mendirikan perkumpulan sepak bola di desa kami, begitu pula menganjurkan latihan-latihan berbagai kesenian seperti kecapi suling, gamelan, pencak silat, musik kroncong, hawaian. Di samping itu kami masih ingat benar, bahwa di desa kami didirikah sebuah warung koperasi di mana dijual kebutuhan sehari-hari (beras, garam, emping tangkil, terasi, gula, ikan asin, cabe dan sebagainya) di mana anak-аnак desa (termasuk penulis bersaudara) diwajibkan menjaga warung itu bergiliran dua kali seminggu selama dua jam untuk melayani pembeli-pembeli. Penulis pun masih ingat benar, bahwa ayah kami mendirikan juga pabrik kecap secara koperasi di mana anak-anak desa kami semuanya dikerahkan untuk ikut serta bekerja. Kami pun masih ingat benar, bahwa hasil pabrik kecap itu dalam tahun tiga puluhan sampai diekspor ke Negeri Belanda.

(H. Moh. Sjafaat Mintaredja SH " Kehidupan berumah tangga dan naik haji")






© 2023 :: MyLektsii.ru :: Мои Лекции
Все материалы представленные на сайте исключительно с целью ознакомления читателями и не преследуют коммерческих целей или нарушение авторских прав.
Копирование текстов разрешено только с указанием индексируемой ссылки на источник.